Sabtu, 11 Februari 2017

#JejakKaki2 Pantai Mutiara Indah Muara Badak





            Jalan-jalan ke Kalimantan Timur tidak melulu berbicara tentang Sungai Mahakam yang membelah pulau. Tapi, di sini juga menawarkan beberapa pantai yang menawan yang sayang sekali apabila dilewatkan. Ada Pantai Melawai, Manggar Segarasari dan Lamaru di Balikpapan, Pantai Nipah-nipah di Penajam Paser Utara, Pantai Teluk Lombok di Kutai Timur dan yang baru-baru ini Emmy kunjungi adalah Pantai Mutiara Indah di Muara Badak.
            Muara Badak terletak di antara jalan poros Samarinda-Bontang, dan untuk ke sana memakan waktu sekitar kurang lebih dua jam dari Samarinda dengan menggunakan sepeda motor. Emmy dan teman-teman berkunjung ke sana sekitar pertengahan bulan November, dalam rangka untuk mengisi waktu weekend.
        
    Matahari tepat berada di atas kepala saat Emmy dan teman-teman sampai di Muara Badak. Sepanjang perjalanan menuju lokasi pantai, sepasang mata kami disuguhkan dengan pemandangan alam berupa pegunungan dan lembah hijau yang belum disentuh oleh tangan-tangan orang yang tak bertanggung jawab.
            Sampai di lokasi kita tidak langsung disuguhkan dengan pemandangan pantai. Melainkan, kita harus menggunakan kapal yang biasa orang setempat sebut klotok untuk menyebrang ke pulau Pangempang terlebih dahulu. Ada beberapa lokasi untuk tempat penyebrangan, mengingat Emmy dan teman-teman ini anak kuliahan, jadi kami memilih mencari kapal denga tarif murah, waktu itu sekitar Rp. 15.000/ orang untuk pulang pergi. Sementara jika ingin menginap di pulau ditarik biaya sekitar Rp. 20.000/ orang.
            Saat mesin kapal klotok dinyalakan, Emmy dan teman-teman mulai heboh. Senang bercampur khawatir membungkus hati, karena saat kapal klotok mulai melaju, kanan dan kiri kami adalah sungai yang warnanya menjadi cokelat keemasan terpapar sinar matahari. 


Rasanya naik kapal klotok itu gemes-gemes menegangkan gimana gitu, hehe.


            Sampai di pulau Pangempang, sepasang mata kita akan disuguhkan dengan pasir putih pantai. Emmy dan teman-teman langsung saja terburu-buru untuk mencari bibir pantai, tak peduli jika matahari sudah menyengat kulit. Bau laut menguar begitu saja dan memenuhi rongga dada. Sebelum bermain-main di pantai, kami memutuskan untuk mengisi perut terlebih dulu. Di bawah pohon ketapang dan beralaskan spanduk usang yang tak terpakai, kami menikmati gorengan yang tadi dibeli saat perjalanan menuju ke sini.
Setelah perut tidak sepenuhnya kenyang, Emmy dan teman-teman mencari tempat peristirahatan yang lebih dekat dengan pantai. Ada beberapa gubuk-gubuk yang sengaja dibangun dan tidak ditarik biaya, berhadapan langsung dengan pantai. 


            Awal cerita kami berfoto menggunakan topi ulang tahun, karena kebetulan salah satu dari teman satu kelas kami ada yang baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-20 dan dia tidak bisa ikut dengan kami. 
            Puas berfoto-foto dan menikmati pantai dari kejauhan, dan memastikan terik matahari sudah mulai bersahabat. Emmy dan teman-teman memutuskan untuk bermain langsung menuju bibir pantai. Kepiting-kepiting mungil mulai berlarian untuk bersembunyi saat kaki kami menjejaki pasir yang basah. Iseng, Emmy sempat menuliskan nama seseorang di atas pasir. Kebiasaan yang seringkali Emmy lakukan saat berkunjung ke sebuah pantai.
            Pantai buat Emmy layaknya surga dunia. Tempat untuk melupakan semua rasa penat dan beban yang harus Emmy jalanin setiap harinya. Seperti ada ketenangan yang membebat hati dan tidak pernah didapatkan di tempat yang lain. Mungkin, pantai bisa menjadi salah satu rekomendasi tempat untuk mencari ketenangan buat teman-teman dari rutinitas hari-hari yang melelahkan.




Ceritanya lagi berusaha buat ambil gaya lompat.
             Saat sebelum mengambil foto, ada kejadian yang mengajarkan bahwa kita adalah mahluk sosial yang harus berinteraksi dengan orang lain. Dan harus bersikap positif thinking terhadap orang yang baru kita kenal. Ada teman Emmy, yang tidak pernah sungkan untuk meminta bantuan orang lain karena dia tidak ingin teman-temannya tidak menjadi satu di dalam foto. Tidak ada rasa takut di wajahnya, dan kebetulan dia memang adalah orang yang selalu berpikir positif terhadap orang-orang di sekelilingnya.


            Lanjut…. Keagungan Tuhan benar-benar terasa di sini. Awan-awan putih berarakan di atas perkamen langit biru. Hembusan angin laut menciptakan keteduhan hati. Ombak yang bergulung-gulung kecil ikut menggelitik kaki Emmy dan teman-teman. Liburan hari itu juga mengajarkan kepada Emmy, bahwa kebersamaan adalah warna paling indah dalam sebuah kehidupan. Terutama kebersamaan dengan orang-orang tersayang. 

Awan-awan putih berarak pelan di atas perkamen birunya langit
 










 


            Emmy dan teman-teman pulang ketika matahari mulai tergelincir ke langit barat. Dan, ketika kaki kami belum sepenuhnya meninggalkan pulau, kami dipertemukan kakak tingkat kami dari jurusan yang sama. Disitu, Emmy merasa bahwa jodoh itu tidak melulu tentang sepasang kekasih, melain juga sebuah keluarga besar yang tidak harus terikat oleh darah keturunan.




SST Family

            Kepulangan Emmy dan teman-teman ke Samarinda ditemani hujan yang mengguyur. Basah menjadi kawan kami sampai di rumah.
            Terima kasih banyak sudah membaca cerita jalan-jalan Emmy lagi. Semoga tidak bosan untuk menanti cerita-cerita yang lain. Salam manis dari tepian kota Samarinda.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar