|
source. google |
Tenggarong
merupakan salah satu kota kebanggaan di Kalimantan Timur. Kota ini menjadi
destinasi wisata yang cukup terkenal, terutama dalam hal sejarahnya. Ada
berbagai macam tempat untuk berlibur bersama orang-orang terkasih disini,
diantaranya; Museum Mulawarman buat kalian yang suka dengan sejarah-sejarah Nasional,
Planetarium Jagad Raya yang lokasinya saling berdampingan dengan Museum, Ladang
Budaya atau yang biasa orang setempat sebut dengan ‘Ladaya’, Jembatan Kutai
Kartanegara, Danau Semayang dan Danau Melintang, Museum Kayu, Bukit Bangkirai,
Air Terjun Lembah Ulak dan masih banyak lainnya. Dan yang baru-baru ini habis
mengalami renovasi adalah Pulau Kumala, yang kini tampak lebih menawan dengan
dilengkapi jembatan yang menyebrang langsung menuju pulau.
Sekitar
akhir Oktober lalu, Emmy dan teman-teman berkunjung ke Tenggarong. Awal cerita,
kami pergi ke kota sejarah tersebut hanya sekedar untuk memenuhi undangan dari
teman sekelas yang keponakannya sedang aqiqahan dan kebetulan rumahnya bertempat di Tenggarong. Karena tidak ingin menghabiskan
waktu weekend yang singkat di Tenggarong, akhirnya kami memutuskan untuk
menghibur diri ke Museum Mulawarman Tenggarong. Untuk masuknya kita diharuskan membayar
Rp. 5.000/ orang untuk dewasa.
Museum
Mulawarman Tenggarong tidak banyak mengalami perubahan sejak pertama kali Emmy datang,
sekitar pada tahun 2006 silam. Saat pertama kali masuk kita disuguhi oleh
singgasana Kerajaan lengkap dengan foto Raja. Di sebelah kanan, terhubung
langsung dengan bagian kamar Raja dan ruang bawah tanah. Dan, di sebelah kiri
terdapat benda-benda pusaka yang masih dijaga kelestariannya.
Semakin
masuk ke bagian dalam Museum terdapa miniature Candi Borobudur dan berbagai
macam alat musik seperti gamelan. Selain itu, terdapat banyak ruangan yang
menyimpan benda-benda sejarah pada masa kejayaannya dulu di Kalimantan Timur.
Ada mata uang kuno, baju-baju tradisional daerah, topeng dan cerita-cerita
rakyat dulu.
Bagian dalam Museum
Jika
ingin menguak sejarah tentang masa kejayaan kerajaan yang ada di Kalimantan Timur,
memang sangat disarankan untuk berkunjung ke Museum Mulawarman. Lokasinya juga
berhadapan langsung dengan Sungai Mahakam yang membelah sepanjangan pulau
Kalimantan. Selain itu, di sini juga terdapat makam-makam para Raja dan
keluarga yang dulu pernah memerintah Kerajaan Mulawarman.
Setelah
cukup puas menghibur diri mengenal sejarah di Kalimantan, Emmy dan teman-teman
tidak langsung pulang. Kami memilih untuk menonton karnaval yang kebetulan sedang
diadakan di kota ini, yang merupakan rangkaian kegiatan ulang tahun kota
Tenggarong.
Karnaval
memamerkan berbagai macam hasil kreativitas warga setempat dalam menciptakan
sebuah busana. Terutama dalam memanfaatkan barang-barang habis pakai. Antusias dari orang-orang yang menonton sangat tinggi, sehingga banyak yang berebut foto.
|
Kami pun cukup antusias dalam menyambut karnaval |
|
Saya dan teman-teman pun tak mau ketinggalan, untuk menyempatkan diri berfoto bersama model-model karnaval yang mengenakan pakaian begitu menarik. |
|
|
Keren!
Karnaval
berjalan cukup panjang dan menghabiskan waktu lama. Mengingat matahari yang
hampir seutuhnya tergelincir ke barat, kami tidak mengikuti karnaval sampai
habis. Kami memilih untuk pulang ke Samarinda, karena waktu perjalanan yang
memakan hampir satu jam. Dan, sebelum pulang Emmy menyempatkan berfoto di
pinggir sungai Mahakam atau yang biasa disebut ‘Tepian’.
Di
sebrang sana adalah pulau Kumala yang baru saja diresmikan atas jembatan
penyebrangan barunya. Sampai detik ini, Emmy belum berkesempatan menginjakkan
kaki di sana. Berharap lain waktu bisa kesana, dan bisa berbagi cerita lagi di
sini.
Terima
kasih banyak untuk yang sudah mengikuti cerita Emmy kali ini. Jangan
bosan-bosan, ya, untuk berkunjung ke blog Emmy. Salam manis dari kota tepian
Samarinda.