Jumat, 09 Juni 2017

Sa·ha·bat [n]

source. google
sahabat/sa·ha·bat/ n kawan; teman; handai: (kbbi.web.id)

Hei :)

Rasanya, canggung sekali untuk membahas hal semacam ini. Karena setiap orang pasti memaknainya secara berbeda-beda, namun... pada akhirnya akan memiliki tujuan yang sama.

Ini termasuk hal yang sensitif menurutku. Sahabat?Apa bedanya dengan teman?
Kalau menurutku, hubungan mereka lebih dekat atau bisa disebut juga intim layaknya saudara.  Sahabat seperti memiliki selangkah lebih maju dari seorang teman.

Membahas soal persahabatan atau semacamnya, sebenarnya aku sendiri bingung orang-orang terdekatku yang mana, yang harus kusebut sahabat. Tapi... belakangan memang ada sosok yang menurutku pantas untuk kusebut sahabat.

Jadi, begini ceritanya. Ehm, aku mengenalnya kurang lebih sekitar 3 tahun yang lalu. Berawal dari penerimaan mahasiswa baru di kampusku. Seseorang yang pantas kusebut sahabat itu, memiliki nama lengkap Amelia Dinartika. Dia bilang, nama panggilannya Amel tapi biasa dipanggil Lia saat berada di kampung halamannya.

Amel memulai hubungan pertemanan kami via facebook. Dia yang mengajakku bekenalan. Dalam beberapa kesempatan kami belum sempat saling tatap muka. Hingga akhirnya, kami dipertemukan saat H-2 pelaksanaan orientasi mahasiswa. Sosok Amel jauh dari yang kuperkirakan, mulanya aku menyimpulkan bahwa dia adalah sosok yang cuek, tidak sembarang bergaul dan orang yang hidup dalam segala hal yang wah.

Semuanya berhasil dipatahkan, ketika hari itu Amel memutuskan untuk tinggal satu kos denganku. Rupanya, dia sosok yang kalem, kadang penakut, baik hati dan murah senyum. Dan hal yang sampai saat ini masih kuingat dan sedikit menggelitik perutku yaitu, yang kutahu Amel sangatlah fasih menggunakan Bahasa Indonesia. Akan tetapi, dalam satu waktu rupanya dia sangat menguasai Bahasa Daerah yang biasa disebut 'ngapak', karena dia adalah orang Cilacap asli.

Sebenarnya, terlalu banyak cerita manis dan pahit saat bersama Amel. Ada tawa dan air mata. Ada suka maupun duka. Bahkan layaknya seorang anak manusia, kami tidak pernah luput dari permasalahan yang terkadang berujung pada perkelahian. Saat kami bermusuhan, biasanya tidak saling berteguran dan menjawab seadanya apabila diajak berbicara. Tapi, setelah beberapa saat semua akan kembali seperti sediakala, menyesali kesalahan masing-masing dan meminta maaf.

Sampai saat ini, aku masih tinggal satu atap dengan Amel. Kami tinggal di kos yang sama, hanya saja kamar kami berbeda dan saling berhadapan. Dalam keseharian di kampus, tidak banyak kebersamaan yang bisa ditemukan antara aku dan Amel. Kami jarang duduk berdampingan. Kami jarang keluar atau sekedar jalan-jalan bersama. Bahkan, ke kampus saja kami menggunakan motor masing-masing. Alasannya, ya, karena waktu pulang kami tidak pernah berbarengan meski sebenarnya kami satu kelas. Aku adalah tipikal orang yang senang sekali mengulur-ngulur waktu untuk pulang. Kebalikan dengan Amel yang memilih untuk segera pulang. Begitupun dalam hal bergaul di kampus, aku adalah orang yang sering serius dan selalu duduk paling depan saat kuliah berlangsung. Sementara Amel, termasuk orang yang santai tapi tetap fokus dan lebih suka duduk di belakang.

Begini saja, apakah sebuah persahabatan itu harus diumbar secara terang-terangan? Diperlihatkan kepada halayak umum?

Bagiku, sosok sahabat itu bukan yang harus ada dua puluh empat jam untuk kita karena mereka juga punya kehidupan sendiri. Bukan yang harus memberi solusi, tetapi motivasi saja sudah lebih dari cukup. Membuat kecewa? Mereka juga seperti manusia pada umumnya. Memaafkan itu mudah, asal kita mau menerima kekurangannya.

Persahabatan. Dan yang paling kuharapkan, persahabatan antara aku dan Amel tidak hanya sampai di dunia. Tetapi... di akhirat. Di usia dewasa ini, aku berharap bisa belajar untuk membuat sebuah silaturrahmi yang bermanfaat.

Persahabata bukan dalam tanda kutip menggunjing orang lain. Tetapi, menciptakan sebuah momen-momen tak terlupakan yang memiliki dampak positif untuk diri sendiri dan orang lain.








Pershabatan. Hal yang terpenting di dalamnya, satu kata; kepercayaan. Jaga dia seperti benang karena sekali kusut nantinya akan sangat sulit sekali untuk diurai.

Entah kenapa, ingin sekali rasanya berbicara hangat tentang sosok sahabat itu kepada para pembaca. Sekedar sharing dan ingin berbagi cerita. Kurang lebih seperti itu.

Terima kasih untuk yang sudah mampir. Semoga hubungan persahabatan kalian tak lekang oleh waktu. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar