Senin, 29 Mei 2017
[Review Novel] Angel In The Rain, karya Windry Ramadhina
Judul : Angel In The Rain
Penulis : Windry Ramadhina
Penerbit : GagasMedia
Tahun Terbit : 2016 (Cetakan Pertama)
Jumlah Halaman : viii + 460 hlm.
Blurb :
Ini kisah tentang keajaiban cinta.
Tentang dua orang yang dipertemukan oleh hujan. Seorang pemuda lucu dan seorang gadis gila buku yang tidak percaya pada keajaiban.
Di Charlotte Street London, mereka bertemu, tetapi kemudian berpisah jalan.
Ketika jalan keduanya kembali bersilangan, sayangnya luka yang mereka simpan mengaburkan harapan. Ketika salah seorang percaya akan keajaiban cinta, bahwa luka dapat disembuhkan, salah seorang lainnya menolak untuk percaya.
Apakah keajaiban akan tetap ada jika hati kehilangan harapan? Apakah mereka memang diciptakan untuk bersama meski perpisahan adalah jalan yang nyata?
Minggu, 28 Mei 2017
Senyum di Bibir Langit
Judul : Senyum di Bibir Langit
Penulis : Emmy Putri W
Media : Samarinda Pos (Sabtu, 27/Mei/2017)
Malam berlabuh dalam gulita,
menyaksikan rembulan dan gemintang yang lenyap. Mengubah desiran angin dalam
rintik demi rintik tangisan langit. Perlahan hujan menjadi deras, jatuh
beriringan di atas jalanan yang kasar. Menghapus hari kemarin menjadi kenangan,
mengukir kembali kenyataan yang masih samar karena tertutup mimpi.
Buliran hujan lainnya bergelayut di atas kaca jendela kamar, melukis gambaran abstrak yang kini menjadi temannya. Membiarkan insan lainnya terhantar lelap dalam dentingan hujan. Memilih menikmati sepertiga malam dengan perasaan aneh, namun ada tangis yang tertahan pada diri seorang gadis pemilik nama Najma Fradella Ulani.
#KepingHati3 Langit dan Bumi
source. google |
“Apa yang membuatmu kembali menangis, Langit?” tanya Bumi lembut pada
langit yang lamat-lamat kembali menumpahkan kesedihannya melalui ribuan butir
air hujan di senja yang menjadi sendu.
“Aku sedih melihatmu yang selalu tersakiti, tapi... tidak ada setetes
pun dendam, amarah atau emosi di wajahmu.”
Seketika Bumi terdiam. Malah, hujan berubah semakin deras.
“Bumi... jawab aku!” kata Langit kali ini memaksa.
“Haruskah rasa sakit itu selalu digambarkan dengan kesedihan, amarah,
dendam, benci bahkan emosi?” Bumi menjawab dan terdengar lebih seperti
pernyataan. “Karena aku percaya satu Langit, setelah kesedihan akan selalu ada
kabahagiaan. Seperti, setelah hujan panjang yang menemani akan selalu ada
pelangi indah untuk mengakhiri.”
#KepingHati2 Hati Seorang Wanita
source. google |
Langit pernah bercerita, dan bumi pun
menatapnya.
Ini tentang hati, yang dimiliki seorang perempuan
muda yang belum lama berkelana mengarungi rasa.
Semu merah hadir di pipinya, saat perhatian lebih
ia dapatkan dari seorang pangeran tampan tanpa kuda putihnya.
Dalam satu waktu ia terpaksa untuk membenarkan
bahwa dirinya sedang jatuh cinta.
Aroma parfum dari sang pangeran terngiang di
sepanjang waktu.
Hingga akhirnya, bahagia dan luka ia rasakan secara
bersama-sama.
Sampai kapan pun makna jatuh selalu diibaratkan
rasa sakit.
Begitu konsekuensinya.
Rupanya, perhatian lebih itu tidak hanya diberikan
pada dirinya saja.
Melainkan ke semua gadis.
Pangeran begitu baik pada mereka semua.
Dan buliran bening itu terjatuh juga.
Senin, 22 Mei 2017
#KepingHati1 Payung Merah
source. google |
Tak dipedulikannya lagi, seragam kantor dan sepatu hak tinggi yang dikenakannya. Ia terus melangkah lebar membelah hujan. Bahkan, aku yang selalu berada di sampingnya pun tak dilirik barang sedikitpun.
Sudah beberapa hari ini, kuperhatikan wajahnya memeliki beberapa lekukan masam. Sesuatu sedang membebani relung jiwanya yang sepi.
Ada apakah gerangan? bisikku pada sang langit yang menjatuhkan ribuan air, sebagian jatuh menempa tubuhku.
Langkah-langkah kaki gadisku berhenti di depan sebuah Sekolah Menengah Atas. Kuyakin, gadisku ini tengah menangis sekarang, walau sulit membedakan antara air hujan dan air mata. Aku pun mendengarnya terisak.
Lamat-lamat, ia membuatku terkoyak, aku seperti tak berguna untuknya. Akulah payung, warna merah yang sangat disukainya.
Keberadaanku semakin disingkirkan, ketika seorang pria berperawakan jangkung yang sama basahnya datang menghampiri gadisku dan memeluknya dalam satu rengkuhan.
Apakah mereka sama-sama terluka? begitu hatiku membantin. Kini, aku menjadi saksi bisu dua anak manusia yang saling terluka. Barangkali setelah ini langit mendengar bisikan hati kecilku untuk menciptakan pelangi setelah hujan yang panjang menemani.
Langganan:
Postingan (Atom)