soucre. google |
Hari itu tidak terlalu terik. Awan-awan putih agak bergerombol memenuhi perkamen biru layaknya pasukan yang siap turun ke medan perang. Sesekali aku mengintip malu-malu di antara mereka.
Ah, aku punya cerita. Rasanya tidak semanis es teh saat berbuka. Juga tak semengenyangkan semangkuk mie di waktu sahur. Di sela-sela hari itu, saat jarum jam yang pendek menunjukkan angka dua. Dan tubuhku mulai bergeser perlahan dari atas kepala orang dewasa.
Jadi, waktu itu. Kutemukan semu merah samar-samar di pipi seorang gadis. Semu itu muncul bukan tanpa sebab. Ya, tentu ada faktor pencetus, yang kata orang medis biasa disebut etiologi.
Gadis itu seperti baru saja menemukan seorang pangeran yang sudah sekian tahun ditunggu-tunggunya. Bagaimana bisa?
Ah, ya, gadis itu. Tentu aku mengenalnya, bahkan sudah lama sekali. Ia memiliki wajah oval dan kulit kuning langsat, seperti kebanyakan orang Asia pada umumnya. Dan satu, yang paling mencolok dari dirinya, hatinya yang selalu kusut. Tampak dari wajahnya yang seperti tidak pernah disinari.
Ya, gadis itu memiliki cerita cinta yang tidak terlalu romantis. Bahkan, ia sendiri tidak tahu bagaimana rasanya romantis itu. Bongkahan hatinya sudah bertahun-tahun layu karena terlalu lama menunggu. Sosok yang ditunggu tak pernah menghiraukannya dan memiliki bahagianya sendiri. Tentu, bukan gadis ini sumber kebahagiaannya. Melainkan sosok lain yang benar-benar dicintainya.
Hingga hari itu, Tuhan berpihak padanya. Ia dipertemukan dengan sosok laki-laki berperawakan jangkung yang belum pernah dikenal bahkan dilihatnya sebelumnya. Mereka berhasil menjalin komunikasi sederhana. Tapi, sayang, hubungan itu hanya berjalan sangat cepat dan singkat.
Ya, tidak ada kelanjutan cerita berikutnya.
Si gadis lupa menanyakan identitas tentang laki-laki tersebut. Tak ada gunanya ia mewawancarai sang penemu sosial media semacam facebook ataupun instagram. Selain tidak mengetahui namanya, si gadis juga memiliki ingatan yang buruk mengenai wajah lelaki itu.
Kebahagiaan itu memang terasa begitu cepat. Dan, lara hati kadang bisa lebih lama. Tapi, percayalah, kebahagiaan abadi sedang dirajut manis oleh Sang Pemilik Hati yang sebenarnya.
[Samarinda, 10 Juni 2017 12:38 WITA]
Ah, ya, gadis itu. Tentu aku mengenalnya, bahkan sudah lama sekali. Ia memiliki wajah oval dan kulit kuning langsat, seperti kebanyakan orang Asia pada umumnya. Dan satu, yang paling mencolok dari dirinya, hatinya yang selalu kusut. Tampak dari wajahnya yang seperti tidak pernah disinari.
Ya, gadis itu memiliki cerita cinta yang tidak terlalu romantis. Bahkan, ia sendiri tidak tahu bagaimana rasanya romantis itu. Bongkahan hatinya sudah bertahun-tahun layu karena terlalu lama menunggu. Sosok yang ditunggu tak pernah menghiraukannya dan memiliki bahagianya sendiri. Tentu, bukan gadis ini sumber kebahagiaannya. Melainkan sosok lain yang benar-benar dicintainya.
Hingga hari itu, Tuhan berpihak padanya. Ia dipertemukan dengan sosok laki-laki berperawakan jangkung yang belum pernah dikenal bahkan dilihatnya sebelumnya. Mereka berhasil menjalin komunikasi sederhana. Tapi, sayang, hubungan itu hanya berjalan sangat cepat dan singkat.
Ya, tidak ada kelanjutan cerita berikutnya.
Si gadis lupa menanyakan identitas tentang laki-laki tersebut. Tak ada gunanya ia mewawancarai sang penemu sosial media semacam facebook ataupun instagram. Selain tidak mengetahui namanya, si gadis juga memiliki ingatan yang buruk mengenai wajah lelaki itu.
Kebahagiaan itu memang terasa begitu cepat. Dan, lara hati kadang bisa lebih lama. Tapi, percayalah, kebahagiaan abadi sedang dirajut manis oleh Sang Pemilik Hati yang sebenarnya.
[Samarinda, 10 Juni 2017 12:38 WITA]