Sabtu, 10 Desember 2016

First


source. google
Dalam semburat cahaya nista, hatiku selalu berdesir kala sepasang iris mata cokelatmu berusaha menggapai mataku. Kedua sudut bibir yang tertarik melukiskan sebuah senyum, membuahkan semu merah di pipiku meski aku tidak tahu, untuk siapa senyum itu.

Bukan cinta namanya, jika aku tak pernah berkorban untukmu. Dikala sembilu ngilu dalam hatiku, aku hanya berusaha mendekap dunia untuk membukakan segurat celah agar kau juga tahu bagaimana rasanya yang mencintaimu.

Kala dusta menertawakan cintaku, aku hanya berusaha agar bubuhan tinta di atas perkamen hati ini tidak pudar termakan waktu. Secara sederhana aku dapatkan rasa cintaku padamu, dan Tuhan menjadikanmu yang pertama.

Dimuat dalam Antologi UCAP (Ungkapan Cinta Ala Penyair) #1 Penerbit Meta Kata

Rabu, 10 Februari 2016

Love Inside

source. google
Malam mengintip dari celah jendela. Jemari lentiknya mulai memainkan sebuah teknologi canggih abad ini. Membuka sebuah situs jejaring sosial yang tidak pernah terlewatkan di setiap harinya, sudah seperti menjadi rutinitas untuk seorang murid sekolahan pada umumnya.


Ziya mengulum senyum bersamaan, setelah membaca status milik seseorang di akun jejaring sosial facebook. Yohan Dwi Kusuma. Lalu, ia menghempaskan tubuh di atas ranjangnya, menatap langit-langit kamarnya penuh bahagia. Tangan kirinya masih menggenggam erat sebuah PC tablet yang digunakannya untuk online.