source. google |
Dalam semburat cahaya nista, hatiku selalu berdesir kala sepasang
iris mata cokelatmu berusaha menggapai mataku. Kedua sudut bibir yang
tertarik melukiskan sebuah senyum, membuahkan semu merah di pipiku meski
aku tidak tahu, untuk siapa senyum itu.
Bukan cinta namanya, jika aku tak pernah berkorban untukmu. Dikala
sembilu ngilu dalam hatiku, aku hanya berusaha mendekap dunia untuk
membukakan segurat celah agar kau juga tahu bagaimana rasanya yang
mencintaimu.
Kala dusta menertawakan cintaku, aku hanya berusaha agar bubuhan
tinta di atas perkamen hati ini tidak pudar termakan waktu. Secara
sederhana aku dapatkan rasa cintaku padamu, dan Tuhan menjadikanmu yang
pertama.
Dimuat dalam Antologi UCAP (Ungkapan Cinta Ala Penyair) #1 Penerbit Meta Kata